Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Kisah Kanibalisme di Korea Utara

Kisah Kanibalisme di Korea Utara.jpg

Jika kita berbicara tentang Korea Utara maka kita sedang membicarakan negara paling tertutup pada dunia, negara dengan kekuatan militer luar biasa, negara rival Amerika Serikat, dan negara dengan hukum kerasnya. Hidup di Korea Utara kita akan dibatasi dengan dunia luar, kita tidak akan bisa membuka situs-situs di internet sepuasnya karena pihak Korea Utara sangat membatasi informasi yang masuk untuk warganya. Kim Jong-un sang penguasa dianggap layaknya dewa, semua perintah harus dipatuhi tanpa pengecualian. Ia pun tak jarang mengeksekusi orang-orang yang membelot darinya atau mengancam kekuasaanya. Sejak 2006, sudah lebih dari 220 orang yang dieksekusi di Korea Utara.

Hidup di sana seperti di penjara, tak bebas melakukan apapun. Namun, kabarnya rakyat Korea Utara hidup berkecukupan dan sejahtera. Setidaknya itulah yang disampaikan pihak-pihak Korea Utara pada dunia luar seperti kita. Apakah itu benar? Dengan sulitnya masuk ke daerah Korea Utara tentu sulit juga mengetahui apa saja yang terjadi di negara tersebut. Ternyata, kabar rakyat Korea Utara hidup sejahtera itu masih harus dipertanyakan.

Sebuah bencana kelaparan yang terkesan disembunyikan pemerintah Korea Utara ternyata terjadi disana. Provinsi Hwanghae Selatan dan Utara adalah daerah yang terkena dampak kelaparan tersebut. Sekitar 10 ribu orang tewas karena kelaparan yang disebabkan masa peceklik hingga petani di negara tersebut gagal panen. Hal itu diperparah dengan adanya penyitaan persediaan bahan makanan dari beberapa provinsi oleh pemerintah yang kemudian dibawa untuk diberikan pada warga di daerah ibu kota Pyongyang. Korea Utara sendiri pernah dilanda kelaparan yang parah pada tahun 1990-an – yang dikenal sebagai "Maret Kelabu" – yang menewaskan sekitar 240 ribu orang.

Sejumlah pejabat di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan mereka sempat mengunjungi kawasan yang dilanda kelaparan saat ada perjalanan yang disponsori pemerintah Korea Utara, tapi para wartawan menyangsikan pejabat Korea Utara mau menunjukkan kawasan kelaparan tersebut.

Akibat bencana kelaparan tersebut beredar kabar kalau sebagian warga Korea Utara melakukan tindakan kanibalisme. Seorang pria tega membunuh putri tertuanya saat istrinya tidak ada di rumah karena kelaparan. Ia kemudian juga membunuh anaknya yang lain karena sang anak memergoki apa yang dilakukan ayahnya itu. Saat sang istri pulang, si pria mengatakan bahwa mereka mempunyai stok daging. Namun, si istri curiga karena dimasa sulit seperti ini dari mana si pria mendapatkan daging yang cukup banyak. Akhirnya, si istri melapor kepada pihak berwenang. Daging-daging dari kedua anaknya kemudian ditemukan lalu si pria dieksekusi karena tindakan mengerikannya.

"Di desa saya pada bulan Mei seorang pria yang membunuh sendiri dua anaknya dan mencoba untuk memakannya. Dia akhirnya dieksekusi oleh regu tembak," ujar seorang warga pada wartawan Asia Press yang menyamar.

Jiro Ishimaru dari Asia Press yang menyusun 12 laporan terkait masalah ini, mengatakan ia terkejut atas banyaknya kejadian kanibalisme di Korea Utara akibat kelaparan. Dalam kejadian berbeda, ia menulis seorang pria menggali kuburan cucunya dan memasak dagingnya untuk dimakan. Dalam kejadian lain, sebuah keluarga merebus anaknya sendiri untuk disantap. Seorang lelaki juga dihukum mati setelah membunuh dan memakan seorang gadis. Sementara seorang pria lainnya dijatuhi hukuman mati setelah membunuh sebelas orang dan menjual tubuh mereka sebagai daging babi. Kanibalisme juga dilaporkan meluas di penjara-penjara Korea Utara.

Laporan yang dihimpun Jiro diterbitkan di Sunday Times. Namun pejabat Korea Utara menyatakan pada Sunday Times bahwa kanibalisme hanyalah kasus "kebetulan" di Korea Utara karena pelakunya mengalami gangguan jiwa. Para pelaku, katanya, sudah dieksekusi.

Sementara itu, Institut Korea untuk Penyatuan Nasional yang dibiayai Korea Selatan juga mengatakan seorang pria dieksekusi setelah ditangkap karena memakan tubuh temannya dan kemudian mencoba menjual sisa tubuh mayat itu dengan mengatakan kalau itu daging domba.

Disaat rakyatnya menderita kelaparan, dilansir dari Daily Mail, sang pemimpin Kim Jong-un malah menghambur-hamburkan uang untuk uji coba nuklir yang sangat tidak perlu.

Korea Utara juga dituduh membuat penjara mirip kamp konsestrasi buatan Nazi pada Perang Dunia II. Menurut laporan Komite Hak Asasi Manusia Korea Utara yang berbasis di Ibu Kota Washington D.C., Amerika Serikat, setidaknya ada 200 ribu tahanan politik beserta segenap keluarganya yang menghuni rumah tahanan itu. Di Korea Utara, jika satu orang melakukan kejahatan politik, maka seluruh keluarganya juga ditahan tanpa kecuali. Tetapi, pemerintah di bawah kepemimpinan Kim Jong-un menyangkal semua tuduhan itu.

Baca juga: Tragedi Rudy Eugene Memakan Wajah Gelandangan di Miami

Di sebuah pasar di Chongjin, sebuah kota di ujung pantai Korea Utara, Seorang pramusaji bernama Sung Min Jeong mengaku dipaksa untuk menyajikan hidangan khusus bagi para pekerja, untuk dimakan sambil menenggak alkohol yakni masakan daging manusia. Pikiran bahwa suatu saat nanti ia akan terpaksa memakan daging manusia menghantui benak pria itu. Ia kemudian nekat melarikan diri dari Korea Utara, susah payah, hingga kemudian berhasil menetap di Australia.

Referensi:
www.m.liputan6.com
www.dunia.tempo.co
www.beritasatu.com
www.m.merdeka.com
www.m.merdeka.com
www.m.liputan6.com

Keywords: kanibalisme di korea utara, pemakan daging manusia, fakta unik, kisah, cerita, informasi lengkap, kebenaran, bencana kelaparan, kasus

Posting Komentar untuk "Kisah Kanibalisme di Korea Utara"