Wall-E (2008), Beribu Pesan Sejuta Kesan
- Judul: Wall-E (2008)
- Sutradara: Andrew Stanton
- Produser: Jim Morris
- Penulis: Andrew Stanton, Pete Docter, Jim Reardon
- Rilis: 27 Juni 2008 (USA), 13 Agustus 2008 (Indonesia)
- Negara: USA
- Genre: Animation, Adventure, Family, Sci-Fi
- Rating MPAA: G
- Rating: 8,4/10 (IMDb), 95% (Rotten Tomatoes)
- Rumah Produksi: Pixar Animation Studios, Walt Disney Pictures, FortyFour Studios
- Distributor: Walt Disney Studios Motion Pictures (USA)
- Bahasa: English
- Durasi: 98 menit
- Budget: $180.000.000 (Estimasi)
- Gross: $521.311.860 (Seluruh Dunia)
- Pemain: Ben Burtt, Elissa Knight, Jeff Garlin, Fred Willard, MacInTalk, John Ratzenberger, Kathy Najimy, Sigourney Weaver, Teddy Newton
"Wall-E" berlatar di masa depan dimana keadaan Planet Bumi sudah hancur. Bumi sudah penuh dengan sampah dan tidak ada manusia lagi yang tinggal di Bumi. Di antara semua kehancuran itu ada sebuah robot bernama Wall-E (Ben Burtt) yang memiliki tugas untuk membersihkan semua sampah, sebenarnya bukan membersihkan lebih ke merapikan saja agar tidak terlalu berantakan. Wall-E adalah satu-satunya robot pembersih yang tersisa di Bumi karena robot lain sudah rusak. Wall-E mengisi hari-harinya dengan membereskan sampah ditemani seekor kecoa.
Suatu ketika turun sebuah robot dari langit bernama Eve (Elissa Knight). Ia memiliki tugas untuk mencari tahu apakah Bumi sekarang sudah kembali menjadi tempat yang layak dihuni atau tidak. Caranya adalah dengan menemukan kehidupan di Bumi berupa vegetasi alias tumbuhan. Eve ternyata diutus oleh sebuah kapal luar angkasa yang di dalamnya terdapat manusia-manusia yang sempat melarikan diri ke luar angkasa sebelum Bumi hancur karena sampah dan kemudian mereka tinggal disana dalam waktu yang cukup lama.
Cerita film ini terdengar unik saat pertama kali saya mendengarnya. Robot, Bumi yang sudah hancur, manusia yang hidup di luar angkasa, semuanya benar-benar terdengar menarik, terutama untuk anak-anak yang mana menjadi target usia film ini.
"Wall-E" berjalan cukup cepat tapi memaksimalkan banyak aspek. Dari mulai penggambaran Bumi yang hancur dengan visual yang menarik sampai build-up hubungan Wall-E dan Eve.
Hubungan Wall-E dan Eve terkesan seperti kisah cinta yang klise. Penggambaran Eve yang putih, bersih serta perelatan canggih sementara Wall-E yang dekil, kotor serta bagian-bagian tubuhnya sudah ada yang rusak seperti kisah cinta si miskin dan si kaya di FTV Indonesia, yang mana formula itu sudah sering dipakai. Hanya saja yang unik disini karakternya bukan manusia melainkan robot. Tapi, walaupun robot sisi humanismenya lebih terasa dan lebih realistis. Wall-E sudah lama hidup sendirian tanpa cinta, jadi ketika Eve datang wajar saja Wall-E seperti rela melakukan apapun untuknya. Ini seperti manusia yang tidak bisa hidup tanpa cinta, mungkin ada yang bisa tapi itu hanya segelintir orang lagi pula saya berani jamin di lubuk hati mereka yang paling dalam setiap manusia ingin merasa dicintai dan mencintai. Uniknya nama yang dipilih adalah Eve nama lain dari Hawa dalam Bahasa inggris, wanita yang menjadi pasangan bagi manusia pertama, Adam.
Saya suka bagaimana film ini membangun hubungan mereka dengan kekonyolan, kepolosan, keromantisan, dan kesedihan. Saya bahkan secara tidak sadar senyum-senyum sendiri ketika scene-scene mereka berdua, aneh juga saya baper karena romantisme animasi sepasang robot. Saya sudah beberapa kali menangis karena film romance tapi kalau dibuat senyum-senyum sendiri rasanya baru "Wall-E" yang bisa.
Film ini tidak berlama-lama membangun hubungan dua karakter sentralnya, Andrew Stanton sepertinya tahu masih banyak hal yang harus disuguhkan film ini kepada penontonnya. Dan benar saja, pasca build-up hubungan Wall-E dan Eve yang cepat dan tepat, kita disuguhkan banyak hal lain dari film animasi ini. Kita akan disuruh memilih apakah akan menonton film ini sebagai anak kecil yang menikmati suguhan animasi fun-nya atau menjadi orang dewasa yang kritis terhadap semua isu-isu sosial yang dibawanya, atau mungkin menjadi kedua-duanya?
Karakter-karakter di "Wall-E" ini juga berpotensi untuk selalu diingat anak kecil karena penggambaran bentuknya yang unik serta tingkahnya yang lucu, termasuk para manusianya itu sendiri, kalian pasti paham kenapa saya bilang penggambaran bentuk manusia di sini lucu. Penokohan karakternya pun disesuaikan untuk sebuah film animasi anak-anak. Hampir semua karakter disini banyak melakukan hal-hal konyol yang pasti mengundang gelak tawa atau minimal membuat kita tersenyum.
Soal kualitas animasi sepertinya sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Sepanjang saya menonton film animasi keluaran Pixar, saya tidak pernah menjumpai film animasi yang mengecewakan dari segi kualitas animasi atau visual. Bahkan mungkin "Wall-E" berada ditingkatan teratas di antara film animasi Pixar lain dari segi visual karena selain indah, visual di beberapa scene "Wall-E" juga memberikan kesan yang luar biasa, seperti saat Wall-E dan Eve menari-nari di luar angkasa.
"Wall-E" memasukkan banyak kritik sosial di konsep ceritanya, sebut saja yang paling kentara adalah soal sampah dan bagaimana manusia terlalu bergantung pada teknologi. Meskipun begitu, "Wall-E" tidak melupakan jati dirinya sebagai film animasi anak-anak. Film ini menyuguhkan segala bentuk kritik sosialnya dengan cara yang fun, bahkan mungkin untuk penonton anak-anak tidak akan menghiraukan hal tersebut. Beda cerita untuk orang dewasa, kita pasti tahu apa saja yang disinggung dalam "Wall-E" dan ironinya saya mungkin termasuk golongan yang kena sentil film ini.
Overall, "Wall-E" adalah film animasi yang cocok ditonton anak kecil maupun orang dewasa dengan hasil yang akan berbeda karena perspektif usia. Anak kecil akan melihat film ini sebagai film animasi pada umumnya yang konyol, lucu, dan menggemaskan sementara untuk orang dewasa pesan yang deep di film ini akan menjadi nilai tambah tersendiri dan mungkin bisa untuk sedikit direnungkan. Romantisme Wall-E dan Eve juga memberikan banyak kesan dibalut visual yang keren dan indah khas Pixar. "Wall-E" adalah film animasi terbaik yang pernah saya tonton bahkan saya menjadikan gambar Wall-E sebagai foto profil di beberapa media sosial saya saking saya sukanya film ini, alasan lainnya karena saya tidak pernah mengunggah foto saya ke media sosial, bukan karena ingin sok misterius tapi karena saya tidak percaya diri saja untuk saat ini.Rating: 10/10
Untuk kalian yang suka menonton film di ponsel smartphone, tentu kalian membutuhkan earphone/headset dengan kualitas yang mamadai agar pengalaman menonton kalian semakin maksimal. Cek link di bawah ini untuk melihat rekomendasi earphone/headset terbaik dengan harga yang murah!
- Rekomendasi Headset/Earphone Terbaik & Termurah Untuk Ponsel
Posting Komentar untuk "Wall-E (2008), Beribu Pesan Sejuta Kesan"