Issei Sagawa, Kanibal Terkenal dari Jepang
Issei Sagawa adalah pria asal Jepang yang lahir pada 26 April 1949. Ia terlahir dari keluarga yang terbilang kaya raya namun sayangnya ia lahir secara prematur, bahkan tubuhnya kurang lebih hanya seukuran dengan telapak tangan ayahnya ketika ia lahir. Ia sempat mengalami beberapa permasalahan kesehatan yang serius, termasuk enteritis yang merupakan penyakit peradangan yang terjadi di daerah usus. Namun, penyakit tersebut pada akhirnya bisa disembuhkan setelah dia diberi beberapa kali suntikan kalsium.
Ia terlihat seperti orang normal pada umumnya, berasal dari keluarga yang normal juga. Namun, siapa sangka ternyata di dalam dirinya tersimpan jati diri seorang pembunuh dan kanibal. Ya, dia adalah seorang kanibal yang sangat populer di Jepang.
Bersama dengan adiknya, semasa kecil Sagawa sering bermain bersama ayah dan pamannya dimana sang ayah dan pamannya akan berpura-pura menjadi monster yang akan memakan Sagawa dan adiknya. Dari sana, keinginan untuk melakukan kanibalisme sedikit demi sedikit timbul. Bahkan saat Sagawa mengenyam pendidikan dikelas 1 SD, dia sempat merasakan keinginan untuk melakukan kanibalisme ketika melihat bagian paha seorang laki-laki. Ketika remaja, Sagawa juga mengaku sempat melakukan bestiality dengan anjingnya, yaitu aktivitas seksual yang melibatkan antara manusia dengan hewan. Dan ketika itu juga, Sagawa mulai merasakan keinginan untuk melakukan kanibalisme terhadap wanita.
Setelah memasuki masa puber, ketertarikan Sagawa akan kanibalisme juga membentuk perilaku seksual tertentu dalam dirinya. Dia mulai sering berfantasi dengan membayangkan memakan daging dari tubuh wanita-wanita cantik, terutama aktris-aktris luar negeri seperti Grace Kelly.
Pada tahun 1972 ketika Sagawa berumur 23 tahun, ia sempat mencoba melakukan tindakan kanibalisme terhadap seorang wanita asal Jerman. Saat menerobos ke apartemen wanita tersebut Sagawa terciduk dan ditahan polisi atas tuduhan percobaan pemerkosaan. Polisi saat itu tidak tahu bahwa niat sebenarnya Sagawa bukan melakukan pemerkosaan tapi melakukan kanibalisme. Namun karena ia berasal dari keluarga kaya raya, sang ayah menawarkan sejumlah uang untuk wanita tersebut agar mau membatalkan tuntutan percobaan pemerkosaan tersebut.
Sagawa memang sudah menunjukkan ketertarikan terhadap kanibalisme sejak kecil, sayangnya tidak ada yang tahu tentang hal tersebut. Mungkin jika sedari awal Sagawa dibawa ke psikiater ketertarikan terhadap kanibalismenya bisa teratasi, sampai 9 tahun setelah kejadian tersebut tepatnya pada tahun 1981 semua sudah terlambat.
Pada tahun 1977 di usia 28 tahun, dia pindah ke Paris untuk mengejar gelar Ph.D. dibidang bahasa dan literatur di Universitas Sorbonne. Disana ia bertemu dengan seorang wanita cantik kelahiran Belanda bernama Renee Hartevelt. Renee sendiri adalah teman sekelasnya di Universitas Sorbonne dan ia sering berkunjung ke apartemen Sagawa untuk belajar bersama.
Tanggal 11 Juni 1981 adalah tanggal dimana Sagawa merasakan daging manusia untuk pertama kalinya. Hari itu Sagawa mengajak Renee ke apartemennya seperti biasanya namun kali ini ia punya sebuah rencana terhadap Renee. Sagawa yang otaknya sudah harus di setel ulang itu menembak Renee, ini menembak dalam artian sebenarnya, menggunakan pistol, bukan menembak menyatakan cinta. Setelah menembak Renee, Sagawa sempat pingsan karena terkejut. Namun, ia segera kembali terbangun karena ia sadar harus melanjutkan rencananya. Sebelum memakan daging dari mayat Renee, Sagawa terlebih dahulu memperkosa mayatnya. Kurang gila apa lagi si Sagawa ini.
Sagawa mencoba memakan daging Renee secara langsung namun ia kesulitan menggigit kulitnya hingga ia membeli pisau terlebih dahulu. Selama dua hari, Sagawa memakan bagian-bagian tubuh milik Renee seperti betis, bibir, paha, dan payudaranya. Sebagian dimakan secara mentah, sebagian dimakan setelah dimasak terlebih dulu, dan sebagian lagi dia simpan di dalam kulkas. Sagawa mengaku mendapatkan kenikmatan seksual setelah melakukan kanibalisme terhadap korbannya. Setelah merasa kenyang, kemudian Sagawa berniat untuk membuang sisa-sisa tubuh Renee dengan memasukkannya kedalam dua buah koper yang sengaja dia beli, dan membuangnya di danau Bois de Boulogne. Namun usahanya tersebut diketahui polisi Prancis dan kemudian Sagawa ditangkap. Ketika melakukan penggeledahan di apartemen milik Sagawa, pihak kepolisian Prancis menemukan sisa makanan yang merupakan daging manusia yang sudah dimasak. Selain itu juga ditemukan sebuah identitas milik Renee Hartevelt. Saat di interogasi, Ia mengaku terkejut dengan rasa daging manusia yang lunak dan tidak berbau, seperti ikan tuna.
"Hampir setiap malam aku membawa seorang prostitusi ke rumah dan mencoba untuk menembak mereka. Tapi untuk alasan tertentu, entah mengapa jari-jariku terasa membeku dan aku tidak bisa menarik pelatuknya," ujar Sagawa. Malang bagi Renee, saat itu Sagawa mungkin sudah sangat penasaran ingin merasakan daging manusia dan sudah mulai kehilangan naluri kemanusiaannya.
Setelah ditangkap Sagawa tidak langsung dijatuhi hukuman untuk tindakan brutalnya, ia untuk sementara ditahan dua tahun untuk diperiksa oleh psikolog di Prancis. Dengan bantuan pengacara yang disewa ayahnya, pengadilan Prancis memutuskan bahwa Sagawa dinyatakan tidak waras dan tidak mampu menjalani persidangan. Namun, Sagawa ditahan di unit psikiatri dengan keamanan maksimal di Prancis selama empat tahun. Setelah pemeriksaan psikologi menyatakan Sagawa waras dan penyimpangan seksual yang dialaminya adalah merupakan alasan untuk melakukan pembunuhan terhadap Renee Hartevelt, pada tanggal 12 Agustus 1986, Sagawa dinyatakan bebas. Keputusan ini sempat menuai kritikan dari banyak pihak, dan walaupun begitu Sagawa sendiri langsung dideportasi kembali ke negara asalnya, Jepang.
Ketika kembali ke Jepang, Sagawa dikirim ke rumah sakit Matsuzawa di Tokyo untuk menjalani rehabilitasi mental. Psikiater yang menangani Sagawa menyatakan bahwa Sagawa menderita personality disorder (gangguan kepribadian), namun dia masih waras. Dalam arti, Sagawa bisa dimintai pertanggungjawaban secara kriminal atas pembunuhan yang dia lakukan terhadap Renee Hartevelt. Namun, pihak kepolisian Prancis enggan membantu pihak kepolisian Jepang untuk memproses secara hukum kasus pembunuhan yang dilakukan Sagawa tersebut. Karena itulah, setelah 15 bulan berada di rumah sakit Matsuzawa, Sagawa dinyatakan bebas dan dikembalikan kepada orang tuanya.
Lihatlah, hukum yang terkesan tak adil tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga di seluruh dunia.
Saat berada di unit psikiatri, Sagawa menulis autobiografinya berjudul In the Fog yang kemudian diterbitkan sebagai sebuah novel dengan ilustrasi-ilustrasi mengerikannya. Anehnya, novel tersebut cukup laris di Prancis dan Jepang. Setelah keluar dari rumah sakit Matsuzawa, ia mulai menulis dan menerbitkan beberapa novel, manga, dan antologi yang bertemakan cannibalism fantasies.
Selain itu Sagawa juga menulis ulasan tentang restoran untuk sebuah majalah Jepang, dan dia bahkan muncul disebuah acara masak dimana dia mempertontonkan ketika dia memakan daging mentah. Berbagai talk show terkenal Jepang juga sering meminta Sagawa untuk menjadi bintang tamu.
Namun beberapa tahun terakhir popularitasnya menurun, hal ini memang sengaja dilakukan karena Sagawa menghindari pekerjaan yang memanfaatkan statusnya sebagai seorang pembunuh dan kanibal yang terkenal. Meskipun begitu, Sagawa tetap mampu menyambung hidupnya dengan menjual beberapa lukisan karyanya yang kebanyakan objeknya adalah wanita yang tidak menggunakan baju.
Hal yang paling mengejutkan, Sagawa ternyata pernah muncul dalam sebuab film porno yang dirilis pada tahun 1992 berjudul "Unfaithful Wife: Shameful Torture". Film tersebut menceritakan tentang sebuah klub di Tokyo yang dimana para wanitanya dengan senang hati diseret dan dijadikan sebagai objek dalam fetishistic sex. Didalam film tersebut, muncul seseorang yang mulai melakukan pembunuhan dan mutilasi terhadap beberapa wanita yang merupakan anggota klub tersebut. Dan ketika Sagawa muncul, dia berpura-pura memakan bagian tubuh tertentu seorang wanita. Agak sedikit gila yah!
Kehormatan keluarga paling besar terletak pada anaknya. Meskipun Issei Sagawa bisa dibilang meraih popularitas setelah kasus kanibalismenya tapi orang-orang tetap menganggap kanibalisme adalah sesuatu hal yang tidak dilakukan oleh orang normal. Aksi kanibalisme Sagawa menimbulkan dampak yang menghancurkan keluarganya. Adik laki-lakinya menderita asma yang diakibatkan oleh stres, ayahnya mengundurkan diri dari pekerjaannya, dan ibunya bahkan sempat melakukan percobaan bunuh diri. Saat kedua orang tuanya meninggal pada tahun 2005, Sagawa bahkan sempat dilarang menghadiri pemakamannya.
Baca juga: Kisah Kanibalisme di Korea Utara
Sagawa mengaku bahwa dia masih memiliki keinginan untuk memakan daging tubuh manusia, terlebih ketika dia melihat wanita cantik yang kadang membuatnya membayangkan bagaimana rasa dari tubuh wanita cantik tersebut. Sagawa juga sempat mengatakan bahwa keinginannya untuk memakan daging tubuh milik Renee akan lebih memuaskan jika saja saat itu Renee mengijinkan dia untuk meminum air kencing dan memakan rambut kemaluannya. Bagaimanapun, Sagawa juga mengakui bahwa dia tidak akan melakukan apapun jika dia didesak keinginannya untuk melakukan kanibalisme. Hal ini menandakan bahwa Sagawa sudah tidak lagi mempunyai keinginan untuk membunuh orang lain.
Referensi:
www.wikipiedia.org
www.liputan6.com
www.liputan6.com
www.batam.tribunnews.com
www.kaskus.co.id
www.hetanews.com
Keywords: issei sagawa, manga, film, movie, comic, story, book, kanibal jepang
Posting Komentar untuk "Issei Sagawa, Kanibal Terkenal dari Jepang"